Back to news & events

Mahasiswa PPG Unpas Berkolaborasi dengan IBK Tampilkan Pertunjukan Angklung

Events
5 September 2024
Bandung,  www.unpas.ac.id

Berawal dari tugas kelompok projek kepemimpinan sebagai syarat lulus program Pendidikan Profesi Guru Universitas Pasundan (PPG Unpas), mahasiswa PPG Unpas berkolaborasi Gelombang I Tahun 2024 dengan anak-anak Individu Berkebutuhan Khusus (IBK) binaan House of Hope tampilkan pertunjukan angklung.

Kelompok projek kepemimpinan ini dinamai Citra Melodi yang diketuai oleh Asyifa Rafsanjani dan anggotanya Fadilla Alifia, Fikra Nur Halimah, Wulan Ajeng Lestari, Meilia Muliani, Nofi Anggraeni, Cita Azmi Khairunisa, Mita Safitri, Resti Febriani serta Nancy Olivia Nainggolan.

Pertunjukan ini digelar di The Kamasan, Jalan Halmahera, No. 4, Kota Bandung. Dalam pertunjukan melibatkan 10 mahasiswa PPG Unpas PGSD dan 10 Individu Berkebutuhan Khusus House of Hope.

“Sebetulnya kami juga saat itu kebingungan. Pada akhirnya saya mengajukan pertunjukan angklung karena dulu pada saat S1 pernah ikut PKM dan dari PKM itu menghasilkan angklung bongkar pasang,” kata Ketua Citra Melodi Asifa Rafsanjani, Rabu (4/9/2024).

Asyifa menjelaskan yang menjadi target utama adalah sekolah. Namun karena proses perizinan yang cukup panjang dan harus melewati beberapa proses, akhirnya Citra Melodi memilih House of Hope untuk diajak berkolaborasi.

“Pada saat itu opsi kita selain sekolah adalah rumah kanker atau House of Hope. Tapi kenapa akhirnya kita memilih House of Hope, karena kalau di rumah kanker itu anak-anaknya kan harus kemo, jadi kami takut mengganggu jadwal rutinan mereka,” jelasnya.

Asyifa menjelaskan yang menjadi target utama adalah sekolah. Namun karena proses perizinan yang cukup panjang dan harus melewati beberapa proses, akhirnya Citra Melodi memilih House of Hope untuk diajak berkolaborasi.

“Pada saat itu opsi kita selain sekolah adalah rumah kanker atau House of Hope. Tapi kenapa akhirnya kita memilih House of Hope, karena kalau di rumah kanker itu anak-anaknya kan harus kemo, jadi kami takut mengganggu jadwal rutinan mereka,” jelasnya.

Kesetaraan dan Keberagaman

Asyifa mengatakan tujuannya mengusung tema kesetaraan dan keberagaman dalam pertunjukan angklung ini adalah kesetaraan dalam artian ingin menunjukan bahwa IBK itu tidak harus dipandang sebelah mata oleh banyak masyarakat.

“Mereka itu punya keistimewaan masing-masing. Hanya saja perlu digali potensinya. Lalu ada juga penanaman nilai-nilai kebudayaannya, karena kebanyakan anak IBK yang diasuh oleh HOH ini mereka sudah tahu angklung tapi belum pernah memainkannya,” ujarnya.

Tugas projek kepemimpinan dari mahasiswa PPG Unpas ini mengarah ke seni musik, jadi ada kecocokan diantara keduanya. Sebab setelah dintinjau kembali oleh kelompoknya, House of House ini memaksimalkan potensi anak-anaknya melalui seni.

“Waktu bertemu pertama kali juga chemistry-nya dapat. Kemudian beberapa kali bertemu sama anak-anaknya sudah bisa mandiri, terlatih dan enak diajak kerja sama. Kami juga oleh House of Hope diberikan fasilitas untuk latihan,” kata Asyifa.

Kenalkan Angklung pada Individu Berkebutuhan Khusus

Bahkan kesan dari anak-anak binaan House of Hope sangat luar biasa karena sebagian besar dari mereka belum tahu cara memainkan angklung. Maka dari itu, peran mahasiswa PPG Unpas di sini adalah mengenalkan angklung kepada mereka, bagaimana cara memainkannya, membaca notasi serta memperhatikan kondektur.

“Anak-anak selama latihan itu selalu senang dan menunggu setiap kami datang dan selalu menyambut kami dengan hangat. Kita kan memakai angklung bongkar pasang. Kalau misalkan mau dimainkan harus dipasang dulu. Ada partikel dan komponen-komponennya yang sangat kecil. Di sinilah tantangan anak-anak ini, mereka sangat exited, merasa tertantang dan mampu melakukan hal yang sebelumnya belum pernah melakukannya. Mereka selalu yakin dan percaya bahwa mereka itu bisa dan mereka mampu membuktikannya,” terangnya.

Kelompoknya berharap dengan kegiatan ini bisa membuat banyak orang yang lebih peduli terhadap anak yang berkebutuhan khusus. Menurut Asyifa, mereka hanya butuh diberi kepercayaan. Serta mereka juga bisa melakukan hal-hal hebat lainnya serta bisa melakukan hal yang orang normal lakukan pada umumnya.

Disamping itu, ia juga mengatakan angklung ini bukan hanya dilihat sebagai alat seni tradisional saja. Tapi juga melatih kefokusan anak berkebutuhan khusus.

“Angklung ini bisa melatih motorik, melatih daya ingat karena untuk memainkan angklung ini menggunakan notasi angka. Makanya angklung ini harus diimplementasikan ke nilai inklusi ke anak berkebutuhan khusus,” pungkasnya. (Rani)